Catatan Abe - Jarang Senyum, Cenderung Jutek
[Catatan Abe] Menjadi diam tak selalu mudah, kadang itu menyiksa saat hati ingin berkata jujur akan sebuah perasaan, tapi terhalang kelunya lidah. Alhasil, diamlah menjadi belenggu kejujuran.
Kamu itu, tajam, tatapanya. Mengerikan saat pertama memandang, tapi mampu buat bibir tersenyum melihat tingkah mu itu, aneh, lucu, sesuatu.
Baca juga : Garut Story : Hujan di Penghujung Agustus
Senyum mungkin mahal bagi mu, sehingga sulit sekali rasanya melihat momen itu. Momen dimana kamu menarik otot pipimu menyimpulkan senyuman, menyeringai, tertawa.
Impian mu itu tinggi. Impian tentang pangeran berkuda, gagah berani, dan perkasa. Aku bisa apa ..? Untuk menjadi bagian dari impian mu itu butuh tidur yang dalam dan panjang, Aku tak mampu meski ingin.
Alhasil, diamlah menjadi belenggu. terhalang lidah yang kelu.
Baca juga : Cinta Datang Terlambat
Bukan bukan,, bukan lidah yang kelu ternyata,
Hanya saja aku terlanjur tak mampu menjadi pangeran berkuda, yang gagah, yang berani dan perkasa.
Sampai kapan pun kamu tak akan pernah tau, ada aku yang diam-diam memandang mu dari sudut tembok ruangan hijau itu. Berharap kamu menarik otot pipimu menyimpulkan senyuman, menyeringai, tertawa, meski aku tau kamu jarang senyum, cenderung jutek.
Baca juga : Terdiam Bersama Penyesalan
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus