Terdiam Bersama Penyesalan
[Catatan ABE] - Sejak kuputuskan untuk pergi meninggalkan dia, aku masih terdiam disini bersama bayangannya dan penyesalanku.
Mudah bagi lidah berbicara "Sudahlah, tinggalkan saja aku karena engkau pantas mendapatkan pria yang lebih baik dariku, yang lebih baik bagimu dan kehidupanmu dimasa depan"
Namun sesungguhnya hati ini menangis, mencaci dan memaki betapa bodohnya aku yang terlalu egois kepada diri sendiri, yang bahkan tak memberikan kesempatan pada hati untuk menuntun diri membahagiakan wanita yang begitu tulus mencintaiku,
Mudah bagi lidah mengatakan " Mengapa engkau tidak pernah mengerti keadaanku..? merasakan kesedihanku..? yang tak engkau hiraukan karena sibuknya dirimu pada keseharianmu..?"
Namun sesungguhnya hati ini menghujat, "Omong kosong..!! Kemana saja aku selama ini hingga tidak menyadari bahwa disana berdiri seorang wanita hebat yang selalu siap memelukku berbagi suka dan duka bersama..? Seorang wanita yang begitu setia menemani saat keterpurukan menyelimuti jalanku. Bahkan dia lah wanita yang rela menepikan segala keinginannya demi mewujudkan semua impian besarku."
Lidah sering berkata. " Dimana kedewasaanmu ? berhentilah bertingkah seperti anak-anak yang selalu merengek dan konyol"
Di balik lidah, hati berkata " Terima kasih karena engkau telau mengukir senyum dan tawa kala aku dihanyutkan sedih, Semua tingkah kekanak-kanakanmu selalu aku nanti dan aku rindukan"
Begitu banyak lidah berkata hingga terkadang sering melukai.
Begitu banyak lidah berkata menuruti emosi, sehingga mengabaikan hati yang sesungguhnya menentang segala kesombonganku.
Sejak kuputuskan untuk pergi meninggalkan dia, aku masih terdiam disini bersama bayangannya dan penyesalanku.
Teruntuk :
Wanita yang telah ku lukai
mellow ceritanya hehehe.....
BalasHapusNama nya juga curhat gan. Hehe
HapusMakasih dah mampir