Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kejujuran Itu Pahit Tapi Mahal

[Catatan Abe] Kejujuran Itu Pahit Tapi Mahal. Berbicara soal kejujuran, aku pernah merasa di khianati oleh kejujuran. Sang kejujuran yang ku pegang teguh, namun ketidakadilan yang aku rasakan. Ketika mulai duduk di bangku kuliah, aku belajar banyak hal termasuk belajar jujur. Aku selalu berusaha dan bekerja keras dalam belajar dengan harapan aku akan memahami apa yang di berikan oleh dosen, dan dimudahkan saat ujian nanti. Ketika ujian tiba aku selalu berjanji pada diri sendiri untuk jujur dalam mengerjakan ujian hingga akhir. 

Namun ketika pengumuman nilai, apa yang terjadi..? tidak terlalu bagus. Mungkin aku kurang maksimal dalam belajar, lalu aku belajar lagi lebih giat. Ketika ujian tiba, kembali aku berjanji bersikap jujur untuk mengerjakan sesuai kemampuanku. Namun apa yang terjadi nilai ku kembali buruk bahkan semakin buruk, hingga beasiswa ku di cabut dan kedua orang tuaku yang seharusnya sudah tidak harus bekerja untuk menikmati masa tua, harus bekerja keras mengumpulkan uang. Bahkan, menjual beberapa aset keluarga untuk menutupi kekurangan biaya, (FYI : aku berstatus sebagai mahasiswa BUD, dimana ketika BUD itu dicabut aku harus membayar 9 Juta rupiah persemester). 

Aku memang lah orang "kaya", karena aku terlahir sempurna dalam pencipataan Nya, memiliki jasmani dan ruhani yang sehat, kedua orang tua yang hebat, keluarga yang sempurna. Namun dari segi materi, aku hanyalah anak dari ayah seorang buruh, dan ibu seorang petani karet yang mengambil upah di kebun orang.

Berangkat dari fenomena yang tengah terjadi di tengah masyarakat kita, dimana krisis kejujuran semakin parah menggerogoti semua kalangan, entah itu kaum terpelajar yang bersikap curang saat ulangan, ujian, dan lain sebagainya, entah itu oknum pejabat yang seharusnya mengayomi masyarakat tetapi malah membohongi masyarakat dengan kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat dan malah mementingkan pihak-pihak tertentu yang menguntungkan mereka. Beruntung, sejak kecil aku telah di tanamkan nilai-nilai kejujuran oleh kedua orang tuaku, sehingga sampai saat ini aku masih memegang teguh nilai itu.

Aku percaya akan tiba saatnya dimana ketika itu harta menjadi tidak berharga, bukan karena itu akhir dunia melainkan karena saat itu uang tak cukup nilai untuk membeli sesuatu yang disebut dengan kejujuran, mengingat betapa susahnya bersikap jujur, dan hanya orang yang terlatih dan terpilih yang mampu bersikap jujur, hal tersebutlah yang menjadikan kejujuran itu sangat mahal bahkan tidak dapat di beli dan di tukar dengan uang. 

Keyword : Aku Anak Jujur

2 komentar untuk "Kejujuran Itu Pahit Tapi Mahal"